Biarkan rambutmu terurai

Biarkan legam-mayang rambutmu menamparku. Aku ingin rasakan tiap inci helainya bermain dan menari-nari di wajahku. Seperti hari itu, saat kaki telanjangmu menjejak tanah berpasir di pantai Kudeta, di negeri para Dewata.

Disaksikan buih debur ombak yang pucat basi, derai rambutmu menjuntai-juntai, bersatu dalam  irama angin semilir.  Dalam kepasrahan tanpa syarat, kau rebahkan kepalamu di dadaku yang terus berdegup menyepuh kidung penyatuan. Betapa detik itu, kurasakan apa yang aku yakini sebagai keniscayaan sebuah kesyahduan. Serta merta meninabobokan mimpi dan harapan yang tersimpan. Dari cangkang keakuannya, lebur rasaku dalam hening, dalam diam.

Biarkan, biarkan….rambutmu terurai dan lautan menyimpan sketsanya. Di suatu hari tanpa nama, aku akan kembali dan membingkai indah rambutmu atas nama cinta, seadanya-setiada-tiadanya.